Tuesday, April 18, 2017

KONSEP TIDUR (CONCEPT of SLEEP)

Salah satu teori keperawatan (Comfort Theory) menerangkan bahwa kenyamanan seseorang terutama yang sedang sakit bisa didapatkan melalui tiga bentuk, yaitu relief, ease dan transedence (Kolcaba, 1990). Relief merupakan sebuah kenyamanan yang bisa dirasakan pasien akibat menurunnya ambang yang dirasakan klien. Sebagai contoh, seorang klien yang merasakan nyeri akan merasa nyaman ketika terjadi penurunan ambang nyeri yang dirasakan saat dilakukan manajemen nyeri (farmakologis dan non farmakologis). Ease mengacu pada bentuk kenyamanan saat tertentu yang dirasakan pasien pada waktu tertentu. Sebagai contoh, seorang pasien akan merasakan nyaman saat kecemasan berkurang karena telah mendapatkan edukasi dari tenaga medik tentang penyakit yang diderita pasien. Sedangkan transedence merupakan sebuah kenyamanan yang dirasakan klien karena berhasil melewati sebuah tantangan tertentu. Sebagai contoh seorang klien akan merasa nyaman saat sudah berhasil melewati fase kritis dari proses penyakit yang dideritanya. Sebagai gambaran bahwa seorang klien berada dalam kenyamanan, maka biasanya klien akan dapat tidur dengan nyenyak dan berkualitas. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif terhadap rangsangan internal daripada rangsangan eksternal (Steven, 2011). Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR. Selain itu tidur juga sebagai sebuah irama sirkardian (jam alamiah) yang dimiliki oleh tubuh kita. Ada beberapa factor yang mempengaruhi perubahan irama sirkardian, diantaranya paparan cahaya (intensitas cahaya), jet leg, serta kerja shift. Tidur yang baik adalah tidur pada malam hari dengan pencahayaan yang minimal. Tidur dapat mempengaruhi pelepasan hormon melatonin. Melatonin di dalam tubuh manusia secara alami akan disekresikan saat malam hari, saat paparan cahaya semakin berkurang (gelap). Dalam sebuah literatur dijelaskan bahwa sekresi melatonin akan terjadi pada malam hari yaitu sekitar pukul 21.00, serta akan mencapai puncaknya antara pukul 02.00 – 04.00 dinihari (Huang et al, 2014). Kemudian menjelang pagi hari sekresi melatonin akan semakin berkurang karena akan terhambat dengan sekresi kortisol yang menyebabkan seseorang akan terjaga / terbangun dari tidur.

No comments:

Post a Comment