Tekanan intrakranial adalah tekanan di dalam rongga
tengkorak relatif terhadap tekanan atmosfer, yang merupakan suatu daya dinamik
yang berfluktuasi secara ritmis. Tekanan intrakranial banyak dipengaruhi oleh
berbagai hal, tetapi sebenarnya yang sangat mempengaruhinya adalah isi dalam
intrakranial itu sendiri, yakni : otak (80 %), jumlah darah ke area
intrakranial (10%) dan liquor cerebro
spinal/LCS (10%). Tekanan intrakranial (TIK) merupakan
tekanan dalam kranium termasuk otak dan liquor cerebro spinal
(LCS), yang menggambarkan tekanan pembuluh darah intrakranial. TIK
dipertahankan secara dinamis melalui produksi dan absorpsi LCS.
Tulang tengkorak
merupakan suatu struktur yang rigid dan berisi tiga komponen utama yang terdiri
dari ; otak (mencakup elemen neuroglia dan cairan intersitial) 80 % dari volume
total intrakranial, darah (arteri & vena) 10% dari volume total
intrakranial dan LCS yang merupakan 10% dari volume total intrakranial. Perubahan
TIK dipengaruhi oleh perubahan volume satu atau lebih unsur-unsur yang ada
dalam cranium.
Doktrin Monroe-Kellie menyatakan bahwa volume
total dalam kranium selalu tetap karena tulang tengkorak tidak elastis sehingga
tidak bisa mengembang jika ada penambahan volume. Pada kondisi normal, volume
intrakranial terdiri dari 80% jaringan otak, 10% LCS, dan 10% darah.
Peningkatan volume dari salah satu komponen ini, atau adanya tambahan komponen
patologis (misalnya hematom intrakranial), akan menimbulkan kompensasi melalui
penurunan volume dari komponen lainnya untuk mempertahankan tekanan.
Bila terdapat
penambahan masa seperti hematoma akan menyebabkan tergesernya LCS akan terdesak
melaui foramen magnum ke arah rongga sub-arakhnoid spinalis dan vena akan segera
mengempis/kolaps, dimana darah akan diperas keluar dari ruangan intrakranial
melalui vena jugularis atau melalui vena emisaria dan kulit kepala. Mekanisme
kompensasi ini hanya berlangsung sampai batas tertentu saja. Namun jika
mekanisme kompensasi ini terlampaui maka kenaikan volume sedikit saja akan
menyebabkan kenaikan TIK yang tajam.
Dengan meningkatnya
aliran darah pada pembuluh darah otak, maka perdarahan intra cerebral akan
meningkat volumenya, sehingga dapat mendorong atau menekan masa otak. Otak yang
normal mempunyai kemampuan melakukan autoregulasi aliran darah serebral.
Autoregulasi menjamin aliran darah konstan melalui pembuluh serebral di atas
rentang tekanan perfusi dengan mengubah diameter pembuluh darah dalam berespon
terhadap tekanan perfusi serebral. Faktor-faktor yang mengubah kemampuan
pembuluh darah serebral untuk berkontraksi dan berdilatasi, seperti iskemia,
hipoksia, hiperkapnea, dan trauma otak dapat mengganggu autoregulasi.
Karbon dioksida
merupakan vasodilator yang paling potensi pada pembuluh serebral, menyebabkan
kenaikan aliran darah serebral yang mengakibatkan peningkatan volume
intrakranial, mengarah pada peningkatan tekanan intrakranial. Agar autoregulasi
berfungsi, kadar karbon dioksida harus dalam batasan yang dapat diterima dan tekanannya
dalam batasan : tekanan perfusi serebral di atas 60 mmHg, tekanan arteri
rata-rata dibawah 160 mmHg dan tekanan sistolik antara 60 – 160 mmHg dan, TIK
di bawah 30 mmHg. Cedera otak juga dapat merusak autoregulasi. Bila
autoregulasi mengalami kerusakan, alirah darah serebral berfluktuasi berkaitan
dengan tekanan darah sistemik. Pada klien dengan kerusakan autoregulasi, setiap
aktivitas yang menyebabkan tekanan darah, seperti batuk, suction, dan ansietas
dapat menyebabkan peningkatan aliran darah serebral yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial.
Otak mampu
mengkompensasi atau menerima perubahan minimal pada tekanan intrakranial dengan
cara pengalihan CSS ke dalam spasium subaraknoid spinal, peningkatan absorbsi
CSS, penurunan pembentukan CSS dan pengalihan darah vena ke luar dari tulang
tengkorak (Hudak and Gallo, 2010).
Gambar
1.
Tekanan intrakranial akan tetap normal dengan peningkatan volume sampai titik
dekompensasi tercapai. Di atas volume kritis ini, TIK akan meningkat dengan cepat
Aliran darah otak
normalnya 50 - 60 mL/100 gr jaringan otak/menit. Bila aliran darah otak menurun
sampai 20-25 mL/100gr/menit maka aktifitas EEG akan hilang dan pada nilai 5 mL/100gr/menit
sel-sel otak mengalami kematian dan terjadilah kerusakan sel yang menetap. Pada
penderita non trauma, fenomena autoregulasi mempertahankan aliran darah pada
tingkat yang konstan apabila MAP (mean
arterial pressure) berada dikisaran 50-160 mmHg. Bila MAP dibawah 50 mmHg,
aliran darah otak sangat berkurang dan bila MAP diatas 160 mmHg terjadi
dilatasi pasif pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah meningkat.
Mekanisme autoregulasi
sering mengalami gangguan pada penderita cedera otak sekunder karena iskemia
akibat hipotensi yang tiba-tiba. Sekali mekanisme kompensasi tidak bekerja
diikuti kenaikan TIK yang curam, perfusi otak akan berkurang jauh terutama pada
keadaan hipotensi. Oleh karena itu bila terdapat hematom intrakranial, haruslah
dikeluarkan sedini mungkin dan tekanan darah yang adekuat tetap harus dipertahankan.
Tekanan perfusi
serebral/CPP (cerebral perfusion pressure/
CPP) adalah tekanan aliran darah ke otak, normalnya konstan karena adanya
autoregulasi. CPP ditentukan dengan pengurangan TIK dengan Tekanan Arteri
Rerata (MAP), dapat ditulis dengan rumus :
CPP = MAP - TIK
Nilai normal CPP adalah 60 – 150 mmHg, mekanisme
autoregulator dari otak mengalami kerusakan akan menyebabkan CPP lebih dari 150
mmHg atau kurang dari 60 mmHg. Klien dengan CPP kurang dari 50 mmHg
memperlihatkan disfungsi neurologis yang tidak dapat pulih kembali. Hal ini
terjadi disebabkan oleh penurunan perfusi serebral yang mempengaruhi perubahan
keadaan sel dan mengakibatkan hipoksia serebral (Smeltzer and Bare, 2002).
Sumber :
Hudak
CM & Gallo BM, 2010, Keperawatan
Kritis Pendekatan Holistik, Edisi 6, EGC, Jakarta.
Smeltzer SC & Bare BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, Edisi 8, Vol. 3, EGC, Jakarta.Diposkan oleh : Ahmat Pujianto
fijaytrangkil@gmail.com
No comments:
Post a Comment