Prognosis cidera kepala
yang mengakibatkan perdarahan intraserebral tergantung pada kondisi klinis saat
masuk, lokasi perdarahan serta volume perdarahan. Volume perdarahan lebih dari
50 cc memiliki prognosis yang lebih buruk. Perdarahan intraserebral merupakan
jenis penyakit yang paling fatal dan menimbulkan kecacatan. Sejumlah prediktor
untuk mortalitas dan outcome fungsional setelah terjadinya perdarahan intraserebral
telah dikembangkan, yang hasilnya akurat namun bervariasi dalam hal kemudahan
penggunaannya (Setyopranoto, 2008).
Pada pasien dengan perdarahan
intraserebral memiliki berbagai macam permasalahan tergantung dari kondisi
klinis, lokasi perdarahan dan volume perdarahan. Jika volume perdarahan lebih
dari 50 cc, maka akan berdampak pada peningkatan tekanan intra cranial (TIK). Selain
itu, adanya perdarahan intraserebral juga akan berdampak pada oedema serebral
yang jika tidak segera diatasi juga akan menyebabkan peningkatan TTIK.
Oleh karena itu,
diperlukan manajemen yang tepat dan cepat untuk mengatasi permasalahan pada
pasien dengan cidera kepala yang mengakibatkan perdarahan intraserebral. Salah
satu manajemen penanganan adalah pemberian cairan. Cairan yang diberikan pada
pasien dengan perdarahan intraserebral harus cairan yang memiliki nilai
osmolaritas yang lebih tinggi dari osmolaritas tubuh. Hal ini bermaksud agar
cairan tersebut mampu menarik cairan yang ada di interstitial dan dibawa ke
intravaskuler dan dikeluarkan dari dalam tubuh untuk mencegah oedema.
Kondisi jaringan yang
mengalami kekurangan oksigen, maka metabolisme aerob akan bergeser ke
metabolisme anaerob. Pada metabolisme aerob 1 molekul glukosa akan diubah
menjadi 36-38 ATP. 2 ATP dihasilkan di sitoplasma melalui proses glikolisis, 2
ATP dihasilkan di mitokondria melalui siklus krebs dan 32 ATP diantaranya
dihasilkan dari transfer electron yang membutuhkan oksigen. Pada kondisi
anaerob, maka hanya 2 ATP yang dihasilkan dari setiap pemecahan 1 molekul
glukosa, karena transfer electron tidak terjadi. Karena terjadi deficit energy,
maka terjadi kalsium influx. Influx nya kalsium akan mengaktivasi fosfolipase,
sehingga menyebabkan lapisan fosfilipid pada membrane sel akan mengalami
kerusakan/pecah. Akibat pecahnya lapisan membrane sel, maka Na dan K pump akan
terbuka sehingga Na akan influx ke dalam sel dan K akan keluar dari dalam sel.
Na akan masuk ke dalam sel dan membawa/berikatan dengan air, sehingga
lama-kelamaan pada jaringan cerebral akan mengalami oedema. Oedema cerebral ini
yang akan menyebabkan peningkatan TTIK. Selain itu, asam piruvat hasil
pemecahan glukosa akan diubah menjadi laktat saat kondisi anaerob. Peningkatan
laktat akan menyebabkan pH sel turun, dan menyebabkan kematian sel.
Gambar
1 :
Pembentukan energy pada jaringan cerebral saat kekurangan oksigen
(Sumber
: Cecil et al, 2011)
Mekanisme kompensasi untuk melindungi otak saat
terjadi cidera kepala diantaranya adalah mekanisme vasokonstriksi dan juga
mekanisme vasodilatasi. Cerebral blood
flow (CBF) merupakan system terbaik dari autoregulasi untuk melindungi jaringan otak. Periode vasodilatasi terjadi
ketika cerebral perfusion pressure
(CPP) turun, sehingga berperan untuk meningkatkan cerebral blood volume (CBV) dan tekanan intracranial sehingga
memicu oedema. Jika CPP meningkat, maka akan terjadi vasokonstriksi sehingga
menurunkan CBV yang akibatnya akan mengurangi oedema dengan cara menurunkan
TIK.
Gambar 2 :
Mekanisme autoregulasi terhadap peningkatan dan penurunan oedema serebral (Sumber : Cecil et al, 2011)
Untuk mencegah oedema cerebral, maka
pada pasien biasanya diberikan cairan yang kadar osmolaritasnya lebih tinggi
dari osmolaritas plasma tubuh sehingga diharapkan cairan yang ada di dalam
interstitial dapat tertarik dan terbawa ke intravaskuler sehingga bisa dibawa
ke luar dari tubuh. Akibatnya oedema pada jaringan serebral tidak terjadi.
No comments:
Post a Comment