1. Definisi VCT
a. Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan bijak dan realistik.
b. Menuntun perilaku mereka dan mampu mengemban konsekuensinya
c. Memberikan informasi
Karakteristik kegiatan konseling (Pramudjito, 2008) :
a. Bersifat konfidensial
b. Biasanya bertatap muka satu per satu atau dalam kelompok kecil
c. Membangkitkan emosi kuat, baik pada konselor maupun pada klien
d. terfokus, spesifik dan menuju target goal
e. informasi digunakan untuk mengubah sikap dan memotivasi perubahan perilaku
f. berorientasi pada issue
g. Berbasis kebutuhan klien.
3. Tujuan VCT
Tujuan umum VCT adalah untuk mempromosikan perubahan perilaku yang mengurangi risiko mendapat infeksi dan penyebaran infeksi HIV (Pramudjito, 2008).
Secara garis besar tujuan dari VCT dibedakan menjadi dua, yaitu (Pramudjito, 2008) :
a. Pencegahan HIV
VCT telah terbukti sangat bernilai tinggi dalam hal merupakan pintu gerbang menuju pelayanan medik dan dukungan sesuai yang dibutuhkan. Bukti bahwa VCT merupakan strategi efektif dalam pencegahan dan perawatan HIV (40):
Tujuan khusus VCT bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah (39) :
a. Meningkatkan jumlah ODHA yang mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV
b. Mempercepat diagnosis HIV
c. Meningkatkan penggunaan layanan kesehatan dan mencegah terjadinya infeksi lain pada ODHA
d. Meningkatkan kepatuhan pada terapi antiretroviral
Konseling dan tes harus benar-benar sukarela dan pribadi. Kalau mereka tidak mau, kita tidak bisa memaksa. Informasi yang cukup tentang tes dan dampak dari pengetesan harus diberikan. Berdasarkan informasi tersebut dan selaras dengan prioritas pribadinya, klien akan melakukan pertimbangan sebelum mengambil keputusan untuk mengikuti tes. Persetujuan tertulis harus dilakukan setelah klien benar-benar memahami dan mendapat keuntungan dari konseling (21). Setelah tanda tangan persetujuan, maka pemeriksaan dapat dilakukan.
b. Kerahasiaan
VCT kependekan dari Voluntary Counseling and Testing, atau diterjemahkan secara bebas dalam Bahasa Indonesia sebagai KTS (Konseling dan Testing HIV Sukarela). VCT adalah proses bagi seseorang yang ingin mengetahui status HIV diri dengan cara melakukan tes darah untuk HIV.
Konseling dalam VCT merupakan sebuah dialog yang bersifat confidential antara seseorang dengan petugas perawatan yaitu konselor yang bertujuan untuk membantu orang itu mengatasi stress dan membuat keputusan-keputusan pribadi berkaitan dengan HIV/AIDS. Proses-proses konseling mencakup pengukuran risiko pribadi untuk tertular HIV dan memfasilitasi perilaku-perilaku pencegahannya (Pramudjito, 2008).
2. Karakteristik Konseling
Konseling merupakan proses yang membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah interpersonal, emosional, dan memutuskan hal tertentu. Peran seorang konselor adalah membantu klien. Konseling dapat dilakukan perorangan atau keluarga (Pramudjito, 2008).
Tujuan konseling adalah membantu setiap individu untuk berperan sendiri dalam hidupnya untuk (Pramudjito, 2008) :a. Membangun kemampuan untuk mengambil keputusan bijak dan realistik.
b. Menuntun perilaku mereka dan mampu mengemban konsekuensinya
c. Memberikan informasi
Karakteristik kegiatan konseling (Pramudjito, 2008) :
a. Bersifat konfidensial
b. Biasanya bertatap muka satu per satu atau dalam kelompok kecil
c. Membangkitkan emosi kuat, baik pada konselor maupun pada klien
d. terfokus, spesifik dan menuju target goal
e. informasi digunakan untuk mengubah sikap dan memotivasi perubahan perilaku
f. berorientasi pada issue
g. Berbasis kebutuhan klien.
3. Tujuan VCT
Tujuan umum VCT adalah untuk mempromosikan perubahan perilaku yang mengurangi risiko mendapat infeksi dan penyebaran infeksi HIV (Pramudjito, 2008).
Secara garis besar tujuan dari VCT dibedakan menjadi dua, yaitu (Pramudjito, 2008) :
a. Pencegahan HIV
VCT yang berkualitas tinggi mencakup tindakan prevensi yang mempromosikan perubahan perilaku seksual dan menurunkan penularan HIV. Demikian juga mampu menawarkan kepada pasangannya untuk mencari tahu status HIV dan perencanaan hidup mereka yang berkaitan dengan hal tersebut. Pengungkapan kepada pasangan memerlukan strategi dengan mengintegrasikan komponen dalam program VCT dan merancangnya untuk membantu mengurangi penyangkalan, stigma dan diskriminasi berkaitan dengan penyakit.
b. Pintu masuk menuju terapi dan perawatanVCT telah terbukti sangat bernilai tinggi dalam hal merupakan pintu gerbang menuju pelayanan medik dan dukungan sesuai yang dibutuhkan. Bukti bahwa VCT merupakan strategi efektif dalam pencegahan dan perawatan HIV (40):
1) Studi-studi menunjukkan bahwa VCT dapat membantu orang mengubah perilaku seksual untuk pencegahan penularan HIV. dalam sebuah studi Multi Center di Afrika menunjukkan VCT dapat merupakan intervensi cost-effective untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks.
2) Murah dan intervensi efektif telah tersedia untuk pencegahan penularan HIV ibu-anak (PMTCT). Program ini sangat bergantung pada penjaringan perempuan hamil dengan HIV, sehingga ibu-anak dapat meraih keuntungan dari intervensi ini. Tujuan khusus VCT bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah (39) :
a. Meningkatkan jumlah ODHA yang mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV
b. Mempercepat diagnosis HIV
c. Meningkatkan penggunaan layanan kesehatan dan mencegah terjadinya infeksi lain pada ODHA
d. Meningkatkan kepatuhan pada terapi antiretroviral
e. Meningkatkan jumlah ODHA yang berperilaku sehat dan melanjutkan perilaku yang kurang berisiko terhadap penularan HIV dan IMS. Jika sebagian besar ODHA tahu status HIV-nya dan berperilaku hidup sehat dengan tidak menulari orang lain maka mata rantai epidemi HIV akan terputus.
4. Prinsip Layanan VCT
Pendekatan layanan VCT bermacam-macam di berbagai tempat, namun syarat minimal haruslah dipenuhi agar etik dipenuhi dan tidak merugikan. Prinsip persyaratan itu adalah (Pramudjito, 2008):
a. Informed consentKonseling dan tes harus benar-benar sukarela dan pribadi. Kalau mereka tidak mau, kita tidak bisa memaksa. Informasi yang cukup tentang tes dan dampak dari pengetesan harus diberikan. Berdasarkan informasi tersebut dan selaras dengan prioritas pribadinya, klien akan melakukan pertimbangan sebelum mengambil keputusan untuk mengikuti tes. Persetujuan tertulis harus dilakukan setelah klien benar-benar memahami dan mendapat keuntungan dari konseling (21). Setelah tanda tangan persetujuan, maka pemeriksaan dapat dilakukan.
b. Kerahasiaan
Setiap pusat layanan VCT perlu mengembangkan kabijakan yang melindungi kerahasiaan klien. Bila informasi perlu dibuka untuk kepentingan rujukan haruslah dimintakan persetujuan tertulis dari klien. demikian juga dengan keputusan untuk boleh menyampaikan atau menyertakan orang lain dalam proses VCT ada di tangan klien. Seluruh hasil hanya diberikan kepada klien setelah diperiksa. Dalam lingkup klinis, para pekerja kesehatan dapat memberitahukan status HIV seseorang pada petugas kesehatan lainnya hanya untuk kepentingan klinis pasien dan harus disertai dengan ijin pasien. Hal ini disebut dengan shared confidentiality.
c. Edukasi hukum dan publik untuk mencegah diskriminasi
Program pendidikan masyarakat, legislasi dan kebijakan kesehatan masyarakat yang berpihak pada hak asasi manusia akan mampu menurunkan diskriminasi ODHA. Petugas kesehatan juga membutuhkan pendidikan agar tidak melakukan diskriminasi dan semua layanan kesehatan harus mempunyai kebijakan yang melindungi pasien dari diskriminasi oleh petugas kesehatan.
d. Jaminan mutu (Quality Control)
Kualitas tes dan konseling harus dipastikan baik dengan cara dipantau dan dievaluasi. Demikian juga dengan konselor dan petugas kesehatan yang melayani VCT harus terlatih dan terpantau oleh supervise klinik.
e. Komponen konseling VCT
Konseling merupakan dialog rahasia antara klien dan konselor bertujuan membuat klien mampu menyesuaikan diri dengan stress dan membuat keputusan yang sesuai berkaitan dengan HIV/AIDS
1 Komentar untuk "Voluntary Counseling and Testing (VCT) Untuk HIV/AIDS"
good job