Thursday, September 4, 2014

Penerapan Manajemen Risiko Dalam Tatanan Klinis

Dalam tatanan keperawatan kritis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai upaya penerapan manajemen resiko, yaitu :
a.    Langkah 1 : Menetapkan konteks
Konteks merupakan dasar/pijakan bagi proses manajemen risiko selanjutnya. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Adanya konteks manajemen risiko pada area keperawatan kritis.
Contoh : Dengan data banyaknya kejadian VAP di area kritis, maka perlu dibuat protab untuk menekan angka kejadian VAP bagi pasien yang terpasang ventilator.
2.    Adanya risk criteria pada area keperawatan kritis.
Contoh : dengan membuat peta 10 besar penyakit yang sering dirawat di area keperawatan kritis.
3.    Adanya peta risiko korporat di area kepereawatan kritis (gunakan pendekatan masukan, proses, keluaran).
Contoh : ada laporan tentang kondisi pasien mulai dari masuk ruangan, proses perawatan, sampai akhir proses perawatan dan pasien meninggalkan ruangan tersebut.
b.    Langkah 2 : Identifikasi bahaya
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Adanya risiko K3 pada area keperawatan kritis.
Contoh : jika suatu rumah sakit belum memiliki oksigen sentral, maka perlu diantisipasi adanya tabung oksigen yang jatuh dan bisa menimpa pasien.
2.    Adanya registrasi risiko yang ada pada area keperawatan kritis
Risk register mencatat semua sumber bahaya, lokasi, tingkat risiko dan rencana pengendaliannya. Contoh : pada kasus VAP, sumber bahaya bisa dari pemakaian ventilator dalam jangka waktu lama, petugas kesehatan yang tidak melakukan prosedur cuci tangan saat dan setelah melakukan intervensi ke pasien, serta aktivitas lain yang bisa menjadi faktor risiko VAP, serta rencana pengendaliannya harus dicatat dan perlu dijadikan suatu protab yang harus dipatuhi oleh seluruh tenaga kesehatan yang ada pada area keperawatan kritis.
c.    Langkah 3 : Penilaian risiko
Penilaian risiko merupakan proses menganalisa tingkat resiko, pertimbangan tingkat bahaya, dan mengevaluasi apakah sumber bahaya dapat dikendalikan atau tidak, dengan memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi.
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Adanya penilaian risiko untuk setiap bahaya yang ada.
2.    Terdapat risk matrix.
Untuk mengidetifikasi potensi kerugian gunakan tabel matriks kualitatif. Menentukan Nilai probabilitas kerugian menggunakan 3 kategori: Critical, Very Serious and Less Serious. Contoh risk matrix :
Tabel 1 : Contoh matrix risiko
Analisa matrik grading risiko (KKP-RS, 2008) :
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a.    Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
b.    Probabilitas / Frekuensi /Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut terjadi.
Tabel 2 : Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
Tabel 3 : Penilaian Probabilitas / Frekuensi
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
a.    SKOR RISIKO
Cara menghitung skor risiko :
Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko (tabel 3) :
1.    Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2.    Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan,
3.    Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan dampak.
b.    BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna “bands” akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan :
ƒ Bands BIRU dan HIJAU    : Investigasi sederhana
ƒ Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X terjadi pada 2 tahun yang lalu
Nilai dampak    : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu
Skoring risiko    : 5 x 3 = 15
Warna Bands    : Merah (ekstrim)
Tabel 4 : Matrix Grading Risiko
Tabel 5 : Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko
3.    Adanya risk profile atau risk mapping.
Misalnya : di ruang ICU harus ada pemetaan jenis kuman yang berkembang.
d.    Langkah 4 : Analisa risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Adanya analisa secara kualitatif atau kuantitatif terhadap setiap risiko di area keperawatan kritis
e.    Langkah 5 : Pengendalian risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
Adanya langkah pengendalian sampai risiko mencapai batas yang dapat diterima. Langkah pengendalian risiko merupakan eliminasi bahaya dengan desain dan metode penilaian resiko yang sesuai. Semua resiko harus dikurangi ke arah tingkat As Low As Reasonable Practical (ALARP).
Langkah pengendalian risiko yang bisa diterapkan dalam area keperawatan kritis diantaranya :
1.    Pencegahan pada sumbernya
Misalnya : pada kasus VAP, angka kejadian VAP bisa ditekan dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap semua faktor risiko yang bisa menyebabkan VAP, diantaranya : membuat protab cuci tangan yang benar, teknik suctioning yang tepat, dll.
2.    Proteksi akibat dari bahaya
3.    Tanggap darurat
4.    Belajar dari kasus sebelumnya
f.    Langkah 6 : Komunikasi risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Adanya pola komunikasi semua risiko kepada pihak terkait.
2.    Adanya media untuk menyebarkan hasil ke seluruh pihak terkait dengan kegiatan
g.    Langkah 7 : Dokumentasi manajemen risiko
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Adanya dokumen semua program manajemen risiko.
Misalnya : adanya pelaporan untuk setiap angka kejadian VAP.
2.    Adanya dokumen hasil identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian yang dilakukan
h.    Langkah 8 : Implementasi manajemen risiko
Contoh program yang bisa dilakukan di area keperawatan kritis antara lain :
1.    Implementasikan semua hasil pengendalian risiko dalam setiap tahapan aktivitas.
2.    Adanya program pengendalian risiko dalam rencana kerja

SUMBER :
Komite Keselamatan Rumah Sakit. 2007. Meningkatkan Kepercayaan Dengan Patient Safety. http://www.inapatsafety-persi.or.id

No comments:

Post a Comment