1. Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu suatu jenis virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel CD4 (komponen sel darah putih) sehingga menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia. Akibat dari rusaknya sistem kekebalan tubuh tersebut, orang yang terkena HIV pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS merupakan suatu kumpulan gejala penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak dari infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dalam tubuh manusia. Virus HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama di darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI). Virus HIV merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
2. Penyebab
HIV/AIDS disebabkan oleh virus yang berhasil diidentifikasi pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Virus (LAV). Pada tahun 1984 namanya menjadi Human T Lymphocyte Virus–III (HTLV-III). Pada tahun 1985 komisi taksonomi internasional menetapkan virus ini dengan nama Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV terdiri dari dua subtype, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Virus tersebut menyerang sel limfosit yang memproduksi sistem imunitas (kekebalan tubuh).
3. Epidemiologi HIV/AIDS
Menurut The Joint United Nations Programme on HIV-AIDS, sampai akhir tahun 2007 diperkirakan lebih dari 40 juta orang dewasa dan anak hidup dengan HIV dan AIDS. Menurut depkes RI tahun 2008, di Indonesia jumlah pasien HIV-AIDS cenderung meningkat. Sampai dengan tahun 2008 diperkirakan jumlah orang yang rawan tertular HIV antara 13 sampai 20 juta orang. Sedangkan jumlah orang dengan HIV/AIDS atau ODHA diperkirakan antara 90.000 sampai 130.000 orang.
4. Tanda dan Gejala
Infeksi primer virus HIV bervariasi mulai dari serokonversi asimtomatik (asymptomatic seroconversion) sampai muncul gejala sakit berat yang mengharuskan dirawat di rumah sakit. Terdapat berbagai klasifikasi klinis HIV/AIDS, dua diantaranya menurut CDC Amerika Serikat dan WHO. Klasifikasi klinis HIV/AIDS menurut WHO adalah :
a. Gambaran klinis stadium I, ditandai dengan :
1) Asimptomatik
2) Limfadenopati generalisata
3) Skala aktivitas asimptomatik, aktivitas normal
b. Gambaran klinis stadium II, ditandai dengan :
1) Berat badan menurun kurang dari 10%
2) Kelainan kulit dan mukosa yang ringan, misalnya : dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus oral yang rekuren, khleilitis angularis.
3) Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir
4) Infeksi saluran nafas atas. misalnya : sinusitis bakterialis
5) Skala aktivitas symptomatik, aktivitas normal.
c. Gambaran klinis stadium III, ditandai dengan :
1) Berat badan menurun lebih dari 10%
2) Diare kronis lebih dari satu bulan
3) Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan
4) Kandidisiasis orofaringeal
5) Oral hairy leukoplakia
6) TB paru dalam tahun terakhir
7) Infeksi bacterial yang berat, seperti : pneumonia, piomiositis.
8) Skala aktivitas pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%.
d. Gambaran klinis stadium IV, ditandai dengan :
1) HIV wasting syndrome, yaitu berat badan turun lebih dari 10% ditambah diare kronik lebih dari satu bulan atau demam lebih dari satu bulan yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2) Pneumonia pneumocytis carinii
3) Toksoplasmosis otak
4) Diare kriptosporidiosis lebih dari satu bulan
5) Kriptokokosis ekstrapulmonal
6) Retinitis virus sitomegalo
7) herpes simpleks mukokutan lebih dari satu bulan
8) Leukoensefalopati multifocal progresif
9) Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10) Kandidiasis di esofagus, trakea, bronkus, dan paru
11) Mikobakteriosis atipikal diseminata
12) Septisemia salmonelosis non tifoid
13) Tuberkulosis di luar paru
14) Limfoma
15) Sarkoma kaposi
16) Ensefalopati HIV, yaitu gangguan kognitif dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang tidak disertai oleh penyakit-penyakit lain selain HIV.
17) Skala aktivitas pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50%.
5. Cara Penularan
Secara umum penularan HIV bisa melalui tiga rute, diantaranya :
a. Penularan seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual tanpa alat pelindung lebih berisiko terinfeksi virus HIV daripada hubungan seksual dengan alat pelindung. Pada kasus kekerasan seksual umumnya dapat meningkatkan risiko penularan virus HIV karena umumnya tidak menggunakan pelindung dan sering terjadi trauma fisik terhadap liang vagina sehingga memudahkan transmisi HIV.
b. Kontaminasi patogen melalui darah
Jalur penularan melalui darah umumnya berhubungan dengan penggunaan jarum suntik bersama terutama pemakai narkoba, dan transfusi darah, tato yang tidak steril, pencabutan gigi dengan alat yang tidak steril, dst. Pemakaian kembali jarum suntik yang sudah digunakan, tidak hanya dapat menularkan virus HIV, tetapi juga virus hepatitis B dan hepatitis C.
c. Penularan masa perinatal
Penularan virus HIV dari ibu ke bayi/janin bisa melalui uterus/rahim selama masa mengandung, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan pada saat persalinan. Untuk mengurangi risiko penularan tersebut, seorang ibu yang terinfeksi HIV/AIDS disarankan untuk menjalankan terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, karena dengan metode tersebut tingkat penularan ke bayi hanya sekitar 1%.
6. Cara Pencegahan
Upaya untuk mencegah penularan HIV/AIDS dikenal dengan prinsip ABCD, yaitu :
a. A – Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan seksual, terutama bagi seseorang yang belum menikah.
b. B - Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan atau dengan kata lain menunjukkan sikap saling setia kepada pasangannya.
c. C - Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat pelindung atau kondom.
d. D -Don’t Share Syringe
Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit secara bergantian dengan orang lain, terutama di kalangan pemakai narkoba.
HIV adalah kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu suatu jenis virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel CD4 (komponen sel darah putih) sehingga menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia. Akibat dari rusaknya sistem kekebalan tubuh tersebut, orang yang terkena HIV pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS merupakan suatu kumpulan gejala penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak dari infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dalam tubuh manusia. Virus HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama di darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI). Virus HIV merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
2. Penyebab
HIV/AIDS disebabkan oleh virus yang berhasil diidentifikasi pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Virus (LAV). Pada tahun 1984 namanya menjadi Human T Lymphocyte Virus–III (HTLV-III). Pada tahun 1985 komisi taksonomi internasional menetapkan virus ini dengan nama Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV terdiri dari dua subtype, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Virus tersebut menyerang sel limfosit yang memproduksi sistem imunitas (kekebalan tubuh).
3. Epidemiologi HIV/AIDS
Menurut The Joint United Nations Programme on HIV-AIDS, sampai akhir tahun 2007 diperkirakan lebih dari 40 juta orang dewasa dan anak hidup dengan HIV dan AIDS. Menurut depkes RI tahun 2008, di Indonesia jumlah pasien HIV-AIDS cenderung meningkat. Sampai dengan tahun 2008 diperkirakan jumlah orang yang rawan tertular HIV antara 13 sampai 20 juta orang. Sedangkan jumlah orang dengan HIV/AIDS atau ODHA diperkirakan antara 90.000 sampai 130.000 orang.
4. Tanda dan Gejala
Infeksi primer virus HIV bervariasi mulai dari serokonversi asimtomatik (asymptomatic seroconversion) sampai muncul gejala sakit berat yang mengharuskan dirawat di rumah sakit. Terdapat berbagai klasifikasi klinis HIV/AIDS, dua diantaranya menurut CDC Amerika Serikat dan WHO. Klasifikasi klinis HIV/AIDS menurut WHO adalah :
a. Gambaran klinis stadium I, ditandai dengan :
1) Asimptomatik
2) Limfadenopati generalisata
3) Skala aktivitas asimptomatik, aktivitas normal
b. Gambaran klinis stadium II, ditandai dengan :
1) Berat badan menurun kurang dari 10%
2) Kelainan kulit dan mukosa yang ringan, misalnya : dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus oral yang rekuren, khleilitis angularis.
3) Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir
4) Infeksi saluran nafas atas. misalnya : sinusitis bakterialis
5) Skala aktivitas symptomatik, aktivitas normal.
c. Gambaran klinis stadium III, ditandai dengan :
1) Berat badan menurun lebih dari 10%
2) Diare kronis lebih dari satu bulan
3) Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan
4) Kandidisiasis orofaringeal
5) Oral hairy leukoplakia
6) TB paru dalam tahun terakhir
7) Infeksi bacterial yang berat, seperti : pneumonia, piomiositis.
8) Skala aktivitas pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%.
d. Gambaran klinis stadium IV, ditandai dengan :
1) HIV wasting syndrome, yaitu berat badan turun lebih dari 10% ditambah diare kronik lebih dari satu bulan atau demam lebih dari satu bulan yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2) Pneumonia pneumocytis carinii
3) Toksoplasmosis otak
4) Diare kriptosporidiosis lebih dari satu bulan
5) Kriptokokosis ekstrapulmonal
6) Retinitis virus sitomegalo
7) herpes simpleks mukokutan lebih dari satu bulan
8) Leukoensefalopati multifocal progresif
9) Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
10) Kandidiasis di esofagus, trakea, bronkus, dan paru
11) Mikobakteriosis atipikal diseminata
12) Septisemia salmonelosis non tifoid
13) Tuberkulosis di luar paru
14) Limfoma
15) Sarkoma kaposi
16) Ensefalopati HIV, yaitu gangguan kognitif dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang tidak disertai oleh penyakit-penyakit lain selain HIV.
17) Skala aktivitas pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50%.
5. Cara Penularan
Secara umum penularan HIV bisa melalui tiga rute, diantaranya :
a. Penularan seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual tanpa alat pelindung lebih berisiko terinfeksi virus HIV daripada hubungan seksual dengan alat pelindung. Pada kasus kekerasan seksual umumnya dapat meningkatkan risiko penularan virus HIV karena umumnya tidak menggunakan pelindung dan sering terjadi trauma fisik terhadap liang vagina sehingga memudahkan transmisi HIV.
b. Kontaminasi patogen melalui darah
Jalur penularan melalui darah umumnya berhubungan dengan penggunaan jarum suntik bersama terutama pemakai narkoba, dan transfusi darah, tato yang tidak steril, pencabutan gigi dengan alat yang tidak steril, dst. Pemakaian kembali jarum suntik yang sudah digunakan, tidak hanya dapat menularkan virus HIV, tetapi juga virus hepatitis B dan hepatitis C.
c. Penularan masa perinatal
Penularan virus HIV dari ibu ke bayi/janin bisa melalui uterus/rahim selama masa mengandung, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan pada saat persalinan. Untuk mengurangi risiko penularan tersebut, seorang ibu yang terinfeksi HIV/AIDS disarankan untuk menjalankan terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, karena dengan metode tersebut tingkat penularan ke bayi hanya sekitar 1%.
6. Cara Pencegahan
Upaya untuk mencegah penularan HIV/AIDS dikenal dengan prinsip ABCD, yaitu :
a. A – Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan seksual, terutama bagi seseorang yang belum menikah.
b. B - Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan atau dengan kata lain menunjukkan sikap saling setia kepada pasangannya.
c. C - Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat pelindung atau kondom.
d. D -Don’t Share Syringe
Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit secara bergantian dengan orang lain, terutama di kalangan pemakai narkoba.
0 Komentar untuk "MENGENAL LEBIH JAUH TENTANG HIV/AIDS"