1. Vena seksi pada vena Saphena di kaki
3) Pengambilan sampel darah berulang
4) Angiografi
5) Transfusi tukar
1) Terdapat gangguan vaskuler di daerah panggul atau ekstremitas bawah
2) Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan darurat dan akses lain tidak memungkinkan
3) Peritonitis
4) Omfalitis dan omfalokel
5) Perdarahan atau kecenderungan thrombosis merupakan kontra indikasi relative
c. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1) Kateter arteri terpasang hanya selama ada indikasi primer.
2) Jangan menggunakana pipa lambung (feeding tubes) sebagai kateter. Pipa lambung dikaitkan dengan insiden thrombosis yang lebih tinggi, selain itu tidak radio opak sehingga tidak terlihat pada foto rontgen.
3) Pada bayi yang sangat premature, cairan pemeliharaan NaCl 0,9%-heparin 1 Ui/cc bias menimbulkan hipernatremia, sehingga pada pasien ini direkomendasikan cairan dengan konsentrasi 0,5UI/cc
4) Jangan menutup umbilicus dengan kasa atau plester setelah pemasangan kateter. Penutupan menyebabkan komplikasi seperti perdarahan, dislokasi kateter atau infeksi, terlambat diketahui.
d. Komplikasi
1) Perdarahan
2) Vasospasme arteri
3) Emboli karena bekuan darah atau udara
4) Thrombosis
5) Perforasi arteri menyebabkan perdarahan retrograde dan hematom intra abdominal
6) Infeksi
7) Ekstravasasi/perembesan
e. Kompetensi yang Harus Dimiliki Perawat
1) Infenction control
2) Anatomi dan fisiologi khususnya neonatus
3) Bantuan hidup dasar (minimal) lebih baik ACLS
4) Sertifikasi NICU/PICU
5) Tehnik pemasangan infus umbilikus dengan berbagai alat yang tersedia
6) Komunikasi terapetik
7) Pendokumentasian
SUMBER :
Cardenas, G., et al, 2008, Central access: Umbilical Artery & Vein, Clinical best practice guideline, ,http://www.crto.on.ca/pdf/PPG/Umbilical_CBPG.pdf. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012
Haas, NA, 2004, Clinical review: Vascular access for fluid infusion in children, Critical Care, vol. 8, no. 6, page:478-484, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1065040/. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012.
Haller, J, 2009, Autologous Umbilical Cord Blood Transfusion in Very Young Children With Type 1 Diabetes, American Diabetes Assoiciation, http://care.diabetesjournals.org/content/32/11/2041.full. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012
Hulse, EJ, Thomas, GOR, 2010, Vascular Access on the 21st Century Military Battlefield, Army Med Corps, vol. 156, page. 385–390. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21302661. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012.
Kim, JH, 2011, Does Umbilical Vein Catheterization Lead to Portal Venous Thrombosis?, Radiology, vol. 219, no. 3, page: 645-650, http://radiology.rsna.org/content/219/3/645.full. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012.
Vena seksi pada vena saphena pada kaki merupakan bagian dari ketrampilan Advance Paediatric Life Support. Tempat yang biasanya dilakukan vena seksi adalah pada vena saphena, di atas maleolus medial dari tibia. Selain itu, antecubita, axillaris, chepalica dan juga femoralis juga bisa dilakukan vena seksi. Vena seksi dilakukan pada pasien pediatrik, jika intraosseus dan juga akses vena perifer sulit dilakukan (Haas, 2004).
Gambar 1 : Teknik melakukan vena seksi
(Sumber : Haas, 2004)
2. Akses vena dan arteri umbilikal pada neonatus
Vena dan arteri umbilikal adalah pembuluh darah yang digunakan fetus sebagai peredaran darah dalam kandungan. Menutupnya vena umbilikal biasanya setalah menutupnya arteri umbilikus. Arteri umbilikus mulai konstriksi beberapa detik setelahlahir dan menutup beberapa menit setelah bayi lahir. Tetapi arteri umbilkus masih bisa didilatasi dan di pasang kanula dalam beberapa hari setelah lahir.memasukkan IV catheter bisa dilakukan selama umbilikus belum lepas, lebih baik pada usia bayi 3-4 hari. Setelah 24 jam, pemasangn IV catheter dapat lebih mudah dilakukan dengan mengompres umbilius menggunakan NaCl 0,9% selama kurang lebih 1 jam. Vena umbilikus lebih sering digunakan karena berukuran lebih besar.
Metoda ini menjadi prosedur tetap di NICU/PICU, karena akses vena perifer sangat susah didapat pada neonatus terutama pada BBLR atau prematur. Kefektifan dan keamanan metoda ini telah dibuktikan dengan berbagai penelitian dan evidence based di lapangan. Walaupun demikian beberapa laporan kasus dimana terjadi ekstravasasi cairan ke liver dan peritoneum akibat dari posisi kanula yang salah, sehingga untuk dapat melakukan prosedur ini seorang perawat dituntut untuk benar-benar memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup.
a. Indikasi
1) BBL sakit berat yang membutuhkan pengambilan darah berulang, atau perlu monitoring gas darah dan saturasi O2 invasif, seperti pada keadaan gagal nafas, syok, PPHN serta extreme prematury.
2) Pengukuran tekanan darah arterial secara langsung3) Pengambilan sampel darah berulang
4) Angiografi
5) Transfusi tukar
6) Infus cairan glukosa (carian hipertonik), untuk elektrolit maintenance atau pemberian obat-obatan jika tidak ada tempat lain
b. Kontra Indikasi1) Terdapat gangguan vaskuler di daerah panggul atau ekstremitas bawah
2) Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan darurat dan akses lain tidak memungkinkan
3) Peritonitis
4) Omfalitis dan omfalokel
5) Perdarahan atau kecenderungan thrombosis merupakan kontra indikasi relative
c. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1) Kateter arteri terpasang hanya selama ada indikasi primer.
2) Jangan menggunakana pipa lambung (feeding tubes) sebagai kateter. Pipa lambung dikaitkan dengan insiden thrombosis yang lebih tinggi, selain itu tidak radio opak sehingga tidak terlihat pada foto rontgen.
3) Pada bayi yang sangat premature, cairan pemeliharaan NaCl 0,9%-heparin 1 Ui/cc bias menimbulkan hipernatremia, sehingga pada pasien ini direkomendasikan cairan dengan konsentrasi 0,5UI/cc
4) Jangan menutup umbilicus dengan kasa atau plester setelah pemasangan kateter. Penutupan menyebabkan komplikasi seperti perdarahan, dislokasi kateter atau infeksi, terlambat diketahui.
d. Komplikasi
1) Perdarahan
2) Vasospasme arteri
3) Emboli karena bekuan darah atau udara
4) Thrombosis
5) Perforasi arteri menyebabkan perdarahan retrograde dan hematom intra abdominal
6) Infeksi
7) Ekstravasasi/perembesan
e. Kompetensi yang Harus Dimiliki Perawat
1) Infenction control
2) Anatomi dan fisiologi khususnya neonatus
3) Bantuan hidup dasar (minimal) lebih baik ACLS
4) Sertifikasi NICU/PICU
5) Tehnik pemasangan infus umbilikus dengan berbagai alat yang tersedia
6) Komunikasi terapetik
7) Pendokumentasian
SUMBER :
Cardenas, G., et al, 2008, Central access: Umbilical Artery & Vein, Clinical best practice guideline, ,http://www.crto.on.ca/pdf/PPG/Umbilical_CBPG.pdf. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012
Haas, NA, 2004, Clinical review: Vascular access for fluid infusion in children, Critical Care, vol. 8, no. 6, page:478-484, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1065040/. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012.
Haller, J, 2009, Autologous Umbilical Cord Blood Transfusion in Very Young Children With Type 1 Diabetes, American Diabetes Assoiciation, http://care.diabetesjournals.org/content/32/11/2041.full. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012
Hulse, EJ, Thomas, GOR, 2010, Vascular Access on the 21st Century Military Battlefield, Army Med Corps, vol. 156, page. 385–390. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21302661. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012.
Kim, JH, 2011, Does Umbilical Vein Catheterization Lead to Portal Venous Thrombosis?, Radiology, vol. 219, no. 3, page: 645-650, http://radiology.rsna.org/content/219/3/645.full. Diakses pada tanggal 20 Juli 2012.
0 Komentar untuk "Akses Vena Melalui Arteri Umbilikal dan Vena Seksi"