Oral Hygiene Pada Anak Dengan Kondisi Kritis

Oral hygine pada anak, merupakan hal penting yang bisa dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan pada anak, meningkatkan kebersihan gigi dan mulut, serta mencegah infeksi. Pada tatanan keperawatan kritis, oral hygine yang buruk bisa berdampak pada peningkatan akumulasi plaque gigi, koloni bakteri di orofaring, angka infeksi nosokomial yang tinggi, serta meningkatnya angka kejadian VAP (Ventilator Associated Pneumonia). 
Dahulu, penelitian menunjukkan bahwa perawat menempatkan oral hygine sebagai suatu hal yang tidak penting dan prioritas terakhir pada suatu tindakan keperawatan sehingga perawat jaman dahulu tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengkajian kesehatan mulut serta kurangnya ketrampilan dalam melaksanakan oral hygine. 
Saliva memegang peranan penting dalam membersihkan mulut, yaitu dengan menjaga kelembaban membrane mukosa mulut, mengatur pH di dalam mulut, dan mencerna makanan. Suatu biofilm terbentuk dari saliva dan berfungsi sebagai pelindung lapisan gigi. Saliva juga mengandung protein antimikroba yang berperan dalam melindungi rongga mulut dari bahaya bakteri pathogen. Untuk menjaga keseimbangan saliva dalam mulut maka bisa dilakukan dengan mengatur makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut.
Pada 48 jam pertama di rumah sakit, flora orofaringeal pada pasien kritis berubah dari gram positif menjadi gram negative dan membentuk flora virulen. Bakteri tersebut mampu bermigrasi ke area paru dan menjadi HAP. Faktor resiko yang bisa menyebabkan saluran masuknya bakteri ke area paru adalah intubasi pada pasien. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa 11 % kematian di ruang PICU adalah karena infeksi nosokomial. VAP merupakan penyebab kedua dari infeksi nosokomial di PICU
Pada  keadaan normal,  organisme  di  dalam  rongga  mulut  dan orofaring didominasi oleh Streptococcus viridans, Haemophilus  species  dan  organisme  anaerob. Adanya  air liur  yang  mengandung immunoglobulin  dan  fibronectin  menjaga keseimbangan organisme  rongga mulut, sehingga jarang  didapatkan  basil  gram  negatif  aerobik. Namun  pada  pasien-pasien  sakit  kritis keseimbangan  tersebut  berubah,  organisme  yang dominan di dalam rongga mulut adalah basil gram negatif aerobik dan Staphylococcus aureus (Sumi, et al, 2007).
Bakteri yang ditemukan di mulut dapat memicu terjadinya pneumonia. Sebagian besar pasien kritis mengalami peningkatan bakteri pada mulut yang meningkatkan resiko terjadinya pneumonia, sehingga oral care sangat berpengaruh terhadap kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia (Munro, C.L, 2006). 
Penelitian mengenai oral hygiene pada pasien kritis terus berkembang. Penggunaan chlorhexidine 0.2% untuk oral hygiene adalah efektif untuk mengurangi angka kejadian pneumonia akibat ventilator. Chlorhexidine adalah agen antibakteri spektrum luas yang telah digunakan secara luas di pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai alat untuk membersihkan gigi untuk pencegah plaque gigi dan mengatasi gingivitis (Munro, C.L, et al, 2009).
Oral hygine dengan teknik yang benar akan mengurangi kolonisasi bakteri patogen dalam rongga mulut sehingga mampu untuk menurunkan resiko pneumonia. Oral care dan meninggikan tempat tidur 300 atau lebih adalah dua intervensi keperawatan yang dianjurkan untuk mengurangi aspirasi pneumonia pada pasien (Sandra dan Gary, 2005).
Oral hygiene merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mempertahankan kebersihan mulut. Ada berbagai macam alat dan bahan yang bisa digunakan untuk melakukan perawatan mulut pada anak, diantaranya sikat gigi dan pasta gigi pada pasien yang sadar serta pada pasien yang tidak sadar, oral hygiene bisa dilakukan dengan menggunakan betadine kumur, chlorhexidine, dan NaCl, obat kumur lainnya. 
Ada beberapa bahan yang bisa digunakan untuk melakukan oral hygiene pada anak, diantaranya :
1. Pasta gigi berfluoride 
Keunggulan dari fluoride adalah mencegah lapisan plaque pada gigi, meningkatkan dimeneralisasi pada caries gigi fase awal, serta mengurangi asam plaque. Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride dapat mengurangi caries gigi pada anak. 
2. Clorhexidine gluconate
Clorhexidine gluconate merupakan antimikroba mulut spectrum luas yang digunakan untuk dekontaminasi orofaring, dan mengurangi plaque gigi. 
3. Sodium bikarbonat, hydrogen peroksida, swabs gliserin
Penelitian menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut berbahaya bagi pasien. Hydrogen peroksida digunakan untuk mengangkat debris dan membersihkan rongga mulut dan berdampak pada luka bakar superficial jika penggunaannya tidak berhati-hati

SUMBER :
Johnstone, L, Spence, D and McLain, J.K, 2010, Oral hygiene care in the pediatric intensive care unit: practice recommendations, Pediatric Nursing, vol. 36, no. 2, pp. 85-96, http://www.pediatricnursing.net/ce/2012/article36085096.pdf

1 Komentar untuk "Oral Hygiene Pada Anak Dengan Kondisi Kritis"

About Me

My photo
Assalamuálaikum. Sugeng rawuh di gubuk kami. Saya sangat senang dan berterima kasih kalau ada teman-teman yang mau berbagi ilmu di sini.

fijaytrangkil@gmail.com

Powered by Blogger.
Back To Top